0 5 min 3 tahun

Review Film Makmum

Situs Pop Culture berbahasa Indonesia yang memberikan informasi seputar film, televisi, video games, dan sastra dari seluruh penjuru dunia. Semula merasa filmnya bagus karena premisnya beda sendiri tapi karena kedua faktor berikut, nilaiku jadi turun hampir setengahnya.

Meski kalian bisa menebak misteri dalam film ini sejak pertengahan movie ini dimulai, perkembangan cerita selanjutnya bisa dibilang sangat lambat. Dalam Garis besar Makmum ini terlihat cukup menjanjikan dalam menyuguhkan jalan cerita dan menyediakan banyak tepat untuk film ini lebih bervariasi dan berkembang.

Film ini juga menjadi hit dan meraih beberapa penghargaan di pageant lokal dan internasional. Film ini juga menimbulkan kontroversi karena penonton mengeluh mereka takut salat sendirian setelah menontonnya. Mengetahui ini, Makmum yang saduran dari film pendek jadi tidak punya hal orisinil di dalamnya. Elemen reliji yang sudah lumrah dijadikan identitas, dengan gagasan movie pendek menjadi penyambung untuk masuk ke pengembangan yang ternyata mirip film lain. Makmum ‘mengambil’ elemen Whispering Corridors untuk dijadikan layer luar.

Sosok Rini yang dimainkan Titi Kamal terasa kurang pas, mengingat Titi lebih sering berakting dalam movie komedi dan berkarakter ceria. Latar belakang Rini yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata pun tak cukup terjelaskan sehingga agak janggal, sejak kapan ia bisa memiliki kemampuan demikian. Terlepas dari kekurangannya, film ini bisa menjadi mannequin adaptasi movie pendek ke panjang. Semoga ke depan, banyak film pendek berkualitas kita, bisa diangkat ke layar lebar.

Review Film Makmum

Yang jelas film menyia-nyiakan banyak tokoh dengan memberikan mereka penulisan yang dangkal. Cerita jadi tidak punya bobot di samping elemen reliji dan gagasan movie pendek yang identitas. Padahal babak awal hingga pertengahannya ceritanya terangkai dengan menarik.

“Makmum Movie”

Soalnya, dalam Makmum, agaknya ada kebiasaan buat memulai detik-detik leap scare dengan adegan baru. Ini teramat sangat standar dan sangat umum banget, makanya film ini tidak bisa dibilang cukup ngeri karena kalian pun jadi bisa berekspektasi tentang apa yang bakal muncul setelahnya. Yang paling bikin mengganggu, karakter Pak Ganda , seorang guru agama sekaligus ustadz, pun enggak bisa tidak terlihat seperti kelihatan kayak ustadz.

Misteri yang sudah barang tentu bersangkut paut dengan luka masa lalu dirinya. JAKARTA, KOMPAS.com – Berangkat dari movie pendek karya Riza Pahlevi, kini movie horor Makmum siap menghantui bioskop.

Film ini dibuka dengan adegan latar pesona alam di suatu pedesaan, yang kemudian menggiring penonton untuk menyimak suasana asrama yang tua. Di sisi lain, movie ini seolah juga ingin meniru movie Munafik dari negara tetangga. Film yang disebut-sebut sebagai horrornya umat Islam ini menampilkan adegan Ruqyah atau pembersihan roh jahat dari manusia dengan doa-doa. Dengan efek suara tremendous keras, teriakan yang nggak natural, dan doa-doa dilafalkan Pak Ustadz.

Jika ada yang bilang film Makmum membuat takut beribadah sholat malam sendirian, maka itu bisa saja benar. Karena memang itulah dilakukan oleh film horor; mengangkat kengerian dari hal sehari-hari yang relatable – yang dekat – dengan penontonnya. Untuk kemudian membuat kita ‘trauma’, terbayang-bayang adegan seramnya. Aku ogah lagi tidur menghadap lemari sejak menyaksikan H.I.M Damsyik muncul menggendong pocong dari dalam lemari Pengabdi Setan authentic.

Film Makmum bahkan dengan terang-terangan meniru adegan yang cukup ikonis dari The Nun. Karakter Rini jadi enggak istimewa, khususnya karena Titi Kamal juga enggak bisa kelihatan “takut” sepanjang movie. Ini memang film horor pertama Titi Kamal, tapi debut ini enggak bisa jadi jalan pintas buat menambah portofolio aktingnya. Karena itu juga, enggak ada kesempatan buat para karakternya berkembang seiring cerita.

Namun, beberapa adegan aksi horornya tampak mengganggu karena respon yang telat. Contoh saja ketika adegan horor Nisa di kamar mandi, Nurul dan Putri tak bergegas datang padahal hanya ruang sebelahnya.

Titi Kamaljajang C Noerfilm Makmumriza Pahlevi

Saat takut, senang, dan sedih, mereka bisa menyatu dengan situasi apa pun yang film ini tawarkan dalam ceritanya. Ala Hasilnya, kengerian yang seharusnya justru lebih bisa didapatkan saat karakter merekalah yang jadi sorotan.