Deok-Soo bertugas menjaga adik perempuannya Mak-Soon tetapi karena tubuh mereka kecil, pegangan tangan mereka terlepas, terseret-seret arus manusia lain yang sama paniknya. Ayah Deok-Soo turun dari kapal mencari Mak-Soon dan sampai kapal berangkat, ayahnya tak pernah naik.
Mak-soon rupanya telah diadopsi oleh keluarga di Amerika Serikat dan tinggal disana. Dengan bantuan program televisi tersebut terjadilah reuni keluarga yang dramatis, akhirnya Mak-soon bersedia kembali ke Korea untuk bertemu kembali dengan keluarganya. Paman Dook-soo yang sudah tua juga membutuhkan uang, dan berniat menjual tokonya, namun tidak disetujui oleh Dook-soo. Karena Dook-soo selalu ingat pada pesan ayahnya saat evakuasi Hungnam, agar menjadikan toko tersebut sebagai titik pertemuan. Karena ia membutuhkan uang, maka ia memutuskan untuk ikut Perang Vietnam pada tahun 1970, dengan tujuan untuk membiayai pernikahan akbar adiknya serta untuk membeli toko bibinya dari sang paman.
Ode To My Father terpilih untuk ditayangkan di program Panorama dalam Berlinale 2015 – Berlin Film Festival Internasional ke-sixty five di bulan Februari 2015. Ode to My Father berhasil mendulang kesuksesan dengan jumlah penonton mencapai sepuluh juta ketika memasuki minggu keempat penayangannya. Di Vietnam hidupnya tak mudah, ia sempat hampir mati karena sebuah peristiwa pemboman kantor kesatuan Amerika, hingga tertembak saat berusaha menyelamatkan warga yang menjadi tawanan geriliyawan Viet Kong. Tetapi dalam surat yang dikirimkannya pada istrinya, ia mengatakan bahwa ia memang bukan hidup untuk dirinya, tetapi untuk anak-anaknya. Ia tidak ingin kelak anak-anaknya mengalami apa yang ia alami semasa perang Korea atau dalam perang Vietnam.
Ayah dan adiknya hilang begitu saja hingga berpuluh tahun kemudian kejadian tersebut menghantui Duk-soo. Dalam kilas balik dalam Evakuasi Ode to My Father Hungnam, ayah Deok berjanji bersatu kembali dengan keluarga di toko sehingga ini yang menyebabkan Deok membeli dan bertahan di toko itu.
Sinopsis “Mood Of The Day ( “
Selama berada di Busan, Deok-Soo teringat dan menjaga tentang janji yang diucapkan dengan ayahnya pada waktu mereka berada di zona perang, yaitu untuk melindungi dan menjaga keluarganya. Bercerita tentang Deok-Soo yang kehilangan ayah dan adiknya saat melarikan diri dari perang pada Desember 1950. Singkat cerita, Deok Soo yang harus mengungsi bersama dengan bibinya kemudian bertekad bahwa sampai kapanpun ia akan menjaga anggota keluarganya yang tersisa. Ia lalu bertemu dengan gadis bernama Young Ja dan beberapa saat kemudian, keduanya yang sempat terpisah akhirnya menikah sebab Young Ja mengandung anak dari hubungan cinta mereka. Malang, saat Duk-soo berhasil menaiki kapal, adiknya hilang dari gendongannya.
Diperkirakan 1,2 juta warga Korea terbunuh dalam perang kala itu, dan tak diketahui pasti sejumlah lainnya yang mengungsi. Selama mengungsi, Deok-Soo selalu teringat dan menjaga janji yang ayahnya ucapkan sebelum berpisah untuk melindungi dan menjaga keluarganya. Deok-Soo menjalani segala macam pekerjaan untuk mendukung kehidupan mereka, sampai akhirnya dia bertemu dengan cinta pertamanya, Young Ja.
Ayahnya berjanji akan menemui mereka di sebuah toko milik bibi Deok-Soo di pasar internasional Busan, Korea Selatan. Sampai kemudian Deok-Soo bersama ibu dan dua adik lainnya telah tinggal di Busan atas bantuan bibinya, ayahnya tak pernah muncul. Pada peristiwa evakuasi Hungnam pada tahun 1951 dalam Perang Korea ada ribuan pengungsi dari Utara ke Selatan dengan bantuan kapal perang Amerika Serikat. Salah satu dari para pengungsi itu adalah seorang anak laki-laki bernama Dook-soo yang selalu menggandeng erat dan menggendong adik perempuannya, Mak-soon.