Wiro, yang bernama asli Wira Saksana, merupakan anak lelaki satu-satunya dari pasangan Ranaweleng dan Suci. Sedikit bernostalgia, Wiro Sableng hadir untuk kali pertama dalam Empat Berewok dari Goa Sanggreng, seri pertama novel tersebut, yang diterbitkan pada 1967.
Produser movie Wiro Sableng, Sheila Timothy atau Lala, menyebut bahwa Sinto Gendeng merupakan salah satu karakter yang sulit dimainkan dan pemerannya paling sulit didapat. Sinto Gendeng telah menyelamatkan Wiro bayi dari rumah orangtuanya yang terbakar karena serangan pendekar golongan hitam Mahesa Birawa dan pasukannya, musuh besar Sinto Gendeng. Pangsi Wiro dibuat lebih lekat tubuh, supaya gerakan silatnya terlihat lebih jelas.
Namun, meski akan ‘berbau’ Hollywood, Sheila Timothy selaku produser movie Wiro Sableng 212 memastikan autentifikasi cerita tetap merujuk pada cerita yang berdasarkan dari novel karya Bastian Tito tersebut. Setelah saya menonton ulang versi sinetron beberapa episode yang berkaitan dengan plot cerita. Meski awalnya hanya untuk mencari jawaban atas kebingungan saya di beberapa scene yang sepertinya butuh penjelasan. Sehingga jawaban di versi sinetron menjadi semacam kekurangan di versi layar lebarnya.
Kamandaka tak menyadari ada upaya untuk membunuh Pangeran dan menggulingkan pemerintahan. Saat para penjahat hendak melempar putra Ranaweleng ke perapian, Sinto Gendeng menyambarnya.
Apalagi sebanyak 300 kostum dan 150 senjata-senjata berbasis Nusantara untuk setiap kharakter hasil rancangan Anto semakin menguatkan rasa pendekar-pendekar lokal tersebut. Dalam perjalanannya mencari Mahesa Birawa, Wiro terlibat pertualangan seru bersama dua sahabat barunya, Anggini dan Bujang Gila Tapak Sakti .
Hal tersebut sempat membuat penulis khawatir tidak dapat memahami film ini dengan baik. Namun sebaliknya, pada movie ini penulis seakan diajak untuk mengenal sosok Wiro Sableng beserta dunia-nya. Dikarenakan bagi penulis film ini berhasil menghadirkan universe-nya sendiri.
Dilelang: Mobil Brad Pitt Di Film Once Upon A Time In Hollywood
“Terus aku mengenali karakter aku tuh malah dari netizen-netizen yang berbaik hati,” sambungnya. “Aku dari awal jujur enggak tahu ya tentang Wiro Sableng. Akhirnya, aku nyari di YouTube. Bajunya kayak apa sih. Pas tahu, oh mukanya ditopengin, oke enggak apa-apa,” ceritanya. “Mahesa ya itu seorang manusia durjana, ha ha ha. Tapi, walaupun badan saya tidak sebesar yang saya bayangkan ,mudah-mudahan kejam dan sadisnya bisa memenuhi ekspektasi penonton,” tuturnya. Yayan Ruhian menjelaskan bahwa dalam silat ada tiga tingkatan, yakni lembut, keras, dan kasar.